Pages

PERMAINAN NADIR


Dulu Ibu dan Ayah juga tidak pacaran,mereka merajut kasih dengan cara yang bagi sebagian besar Sejoli menganggapnya suatu hal yang konyol,namun entah mengapa ..mungkin kah itu karena lagu yang dimuat dan didengar adalah lagu bertajuk Sepanjang Jalan Kenangan.

Sebagai bentuk protes pertama ku atas kebiasaan "kuno:ini adalah berpacaran,namun entah mengapa aku tak biisa berbuat lebih selain hanya berkata....

hai "tiiiiiiit" nama disensor (takut yang punya marah): gimana kabarmu?
"tiiiit" menjawab dengan gaya malu malu kucingnya yang kas sekali...hmm gakda...napa?
aku mulai berpikir apakah dahulu ibu juga berkata dengan nada seperti ini kepada Ayah...
atau...dahulu ayah lebih cuek pada ibu..atau (ah malas bahasnya) sekali lagi ini adalah proses pemberontakan terhadap anggapan kuno...aku harus sabar hadapi "makhluk bergender "femina"yang menurut kisah nabi mereka adalah "sebagian tulung rusuk gender maskulin" ,sepintas aku pun berpikir ..(apakah setumpuk tulang dan diikat daging serta otot ini yang kupelajari dari Biologi siang tadi,ini adalah sebagian tulang ku?" ah ngacok..

Namun aku bingung ...bagaimana menghadapinya? mau kuapakan dia? ah..betapa bodohnya aku..seperti pecundang sja ya? .
Ah,biarlah ..kondisi kelas ini terlalu terang untuk berpikiran sempit....

"Heh" ngomonglah tiiit kok malming pertama kayak malming ma mayat sih?
si-tiit : (cuma bengong natapin pinti kelas..aau aku sendiri berpersespsi dia lagi liatin satpam gemukhitam,sebagai Jasus saja di dalam kisah alif negeri lima menara",atau ia sedang melihat kearah penjaga piket malam yang sewaktu -waktu mungkin bisa menjelma sebagai Ninja assasin?

ah aku terlalu dini (umurku baru sekitar 15 tahun) untuk menerima kenytaan ini..dia begitu kaku..aneh ..pendiam ..(apa ibu dan ayah dahulu juga begini bila mereka tidak dijodohkan?)

entahlah..lalu duduk tepat di depannya (karena doktrin agma masih menjagaku,aku coba duduk di kursi yang berjarak 5 meter darinya) entah bagaimana dengan pasangan "ilegal lainnya di luar sana melewati tradisi malming yang entah siapa yang menentukan harus malam minggu bukan malam senin atau malam jumat kliwon...

'Yaps,relax boy",kataku dengan hati hati...

seperti yang kuduga ia tetap diam...persis seperti yang kuduga...dan dari sini aku bisa berefleksi..mungkin nanti semua juga berakhir dalam kondisi diam...aku pun tak pernah berharap nanti semuanya berakhir seperti kisah tragis lainnya,seperti romeo dan juliet..... seperti Peter Abelard dan Heloise..
atau bahkan aku akan berakhir seperti Shah Jahan dan "Arjumand Bann Begum"

Yang jelas kesimpulannya...terdapat beberapa inspirasi malam itu:
1.Jangan pernah mencari tahu dari mana asal istilah Malam minggu
2.jangan pernah berasumsi bahwa ia "diam"karena hal-hal sepele
3.Tetap beri ruang antara kau dan dia yang secara psikologi adalah objek yang benar benar kau inginkan
4.jangan pernah berkesimpulan terlalu cepat ,bahwa ia yang kau temui di Remajamu adalah bagian dari Tulang rusuk mu yang hilang.
5.Lebih baik berakhir seperti Soe HokGie, Kahlil Gibran dari pada harus berakhir seperti Shah Jahan dan "Arjumand Bann Begum"
6.dan mungkin terpenting "katakan pada anakmu,aku telah lebih dahulu merasakan hingar bingar dunia Fana ini,maka Jangan mudah kau tertarik pada Ia yang Indah ,seolah -olah dimatamu ia adalah "Aisyah" nya Muhammad...jangan semudah itu engkau berikan sebagian dari titik terendah ketika Vena dan Arterimu harus memompa banyak Plasma Darah,ketika Katup-katup pada kulitmu buat begitu banyak keringat mu keluar karenanya...

Ya..setidaknya itu lah kenyataan nya,,,mungkin aku akan lebih baik Hidup dan menjaani hidup sebagai seorang "GIe"

Dari pada harus merasakan Beberapa harapan Kosong ,lebih buruk sayang...oh sungguh lebih buruk...hingga aku harus membuat nya seolah-olah harus di rasakan setiap dari mereka yang coba memberikan sesuatu yang ku sebut itu sebuah "PERMAINAN NADIR" sayang...Permainan Nadir

mengertilah...aku bisa bengis seperti Ashoka dalam hal ini...Aku pun bisa Lebih dari Antonio..aku pun..ah sudahlah....

kalau tidak mengngat Aku bertuhan kan Allah ...dan aku hanyalah titipan nya pada orang tuaku..dan aku adalah harapan terbesar mereka...aku mungkin hanya akan larut sampai pada waktu itu...
lalu berbuat kolaps...bukn bukan padamu..tapi padaku...