Mendengarkan musik klasik ternyata memiliki banyak manfaat baik itu bagi kesehatan mental dan jiwa serta memiliki efek yang menenangkan. Selain itu mendengarkan musik klasik sejak usia sedini mungkin dapat membantu perkembangan otak terutama daya nalar dan perkembangan bahasa.
Perampokan menurun hingga 33 Persen
Pada tahun 2004 di London, Inggris, Polisi Transportasi Inggris memutar musik klasik di stasiun London dan di beberapa daerah pemukiman paling berbahaya. Setelah memperdengarkan musik klasik selama enam bulan:
- Perampokan menurun sebesar 33 persen
- Penyerangan staf menurun sebesar 25 persen
- Vandalisme turun 37 persen
Ini bukan pertama kalinya musik klasik telah digunakan untuk mencegah kejahatan. Pada tahun 2001, polisi di West Palm Beach, Florida memasang CD player dan speaker pada sebuah bangunan dalam lingkungan penuh dgn kejahatan. Setelah memainkan musik klasik – terutama Mozart, Bach dan Beethoven – 24 jam sehari selama sekitar tiga bulan, penembakan, pencurian, gelandangan dan transaksi obat menurun.
Musik Klasik membuat pengacau bubar
Sebuah jaringan supermarket di Inggris juga menggunakan musik klasik untuk menghentikan kelompok-kelompok pemuda yang berkumpul di luar toko mereka.
“Memang sebagian besar mudah mendengarkan musik yang kami mainkan seperti Bach, Tchaikovsky, Vivaldi dan Mozart. Ini adalah sebuah konsep baru, tetapi bekerja dengan sangat baik” kata manajer regional pencegahan kehilangan Steve Hogarth.
Setelah memainkan musik klasik di bagian depan toko, laporan onar dan graffiti secara dramatis berkurang.
“Fakta bahwa pemuda bergerombol di luar toko bukanlah sebuah kejahatan, namun persepsi di antara staf dan pelanggan tindakan tersebut dirasakan seperti mengintimidasi. Sepertinya menjadi ‘kurang keren’ sebagai tempat berkumpul jika ada musik klasik, “kata Hogarth.
Manfaat Musik Klasik bagi Kesehatan
Musik klasik dapat menenangkan bayi yang lahir prematur. Sewaktu mendengarkan musik klasik, dapat diamati ekspresi wajahnya yang tidak lagi terlihat menderita serta detak jantungnya berjalan normal.
Konsepsi menggunakan musik untuk terapi penyembuhan penyakit di dalam sejarah Tiongkok sudah sejak lama bisa dilacak jejaknya, seperti patitur: “Pemusik, dapat menggetarkan saluran darah, menyirami jiwa dan meluruskan hati”; “Suara dalam organ Limpa berwujud lagu“, dan “Menghilangkan rasa gundah tidak lain adalah dengan musik”;
Ilmu pengetahuan barat meneliti hubungan antar aneka musik yang berbeda dengan hubungan kesehatan adalah kejadian yang belum lama berselang. Ilmuwan sudah mendapati bahwa musik klasik adalah obat mujarab bagi penyembuhan badan dan kepedihan jiwa, dapat meningkatkan kebijakan jiwa. (Music Therapy,MT) Terapi musik sejak 40 tahun lebih ini dipergunakan di berbagai lingkup pengobatan klinis?Berbagai penelitian menunjukkan perbedaan antara musik klasik dengan musik modern bagi kesehatan jiwa dan raga.
SETIAP ORANG MEMILIKI BAKAT ALAM MUSIK
Periset Universitas Stanford – A.S. dan Universitas McGill di Kanada di dalam majalah “Shen Jing Yuan” mengeluarkan artikel yang menyebutkan bahwa musik bisa mempengaruhi dan merubah level keharuan dan antipati seseorang, bahkan bisa mempengaruhi level orang-orang dalam memfokuskan energi.
Artikel riset tersebut beranggapan, musik sama dengan bahasa, adalah salah satu kemampuan pemilahan dari umat manusia yang terbawa semenjak lahir, orang yang sama sekali tidak paham musik pun semenjak lahir memiliki “Sel-sel musik”.
Di dalam eksperimen, telah dipilih karya dari komponis Inggris yang karyanya tidak terlalu dikenal khalayak, akhirnya ditemukan, peserta test setiap kali merasakan perubahan pasang-surut di dalam musik tersebut bisa langsung menekan tombol. Survey membuktikan, orang yang sama sekali tidak paham musik juga memiliki kemampuan pendeteksi terhadap irama dan nada suara, bisa membedakan awal dan akir dari irama musik, mengelompokkan informasi dari pendengaran yang diterima untuk kemudian memahaminya.
Kedua periset tersebut menunjukkan, suara yang kita dengar memiliki hubungan langsung dengan tonsillar cerebri emotional center dari otak besar, pengaruh musik terhadap otak besar membuat temperamen kita dan musik secara langsung tersambung jadi satu.
EFEK MOZART
Musik dari Mozart selain tidak surut selama jangka waktu lama, malah telah melampaui wilayah menikmati musik secara murni dan memiliki efek penyembuhan ajaib aneka ragam. Dari penyakit pikun ke penyakit Epilepsi, dari meningkatkan IQ ke peningkatan produksi susu sapi, banyak laporan penelitian ilmu kedokteran pada menyinggung musik dari Mozart paling memiliki efek penyembuhan, trend “EFEK MOZART” sedang mewabah di berbagai lingkup penelitian zaman modern ini.
Ada ilmuwan yang menganalisa, efek Mozart berawal dari melodi dalam musik Mozart yang sesuai dengan model pergerakan otak manusia.
Efek Mozart paling awal dipublikasikan pada tahun 1993 lewat otoritas majalah iptek«NATURE», percobaaan dari dua orang professor Universitas California membuktikan, mendengarkan selama 10 menit sonata Mozart, bisa berefek menumbuhkan IQ. Mereka menunjukkan, musik klasik bisa meningkatkan Spiritualitas Quotient.
TERAPI MUSIK BARAT MODERN
Awal abad ke-19, sebagian dokter spesialis saraf Eropa menemukan, sebagian pasien meskipun sama sekali tidak bereaksi terhadap berbagai rangsangan, tetapi hanya terhadap musik memiliki daya serap. Sejak saat itu kolaborasi antara musik dan ilmu kedokteran juga berangsur dihargai orang. Pada awal abad ini, berbagai badan pengurus penyandang cacad di berbagai Negara Eropa – Amerika dan panti asuhan serta sekolah pendidikan luar biasa juga mulai menggunakan musik untuk memperbaiki gangguan jiwa dan raga pada anak cacat dan orang dewasa, dan menemukan ternyata efeknya sangat baik.
Terapi musik menjadi kurikulum resmi dimulai pada masa perang dunia ke 2 dan pada masa akir, ialah ketika musik mulai diperhatikan bisa mendorong pemulihan dan penyembuhan pasien “Koma parit pertempuran”. Tidak lama sesudah itu, demi meningkatkan sifat keilmiahan terapi musik dan menyiapkan norma dan dukungan bagi para ilmuwan, pada tahun 1950 telah didirikan Himpunan Terapi Musik Negara di Amerika.
Dari berbagai penelitian ditemukan, syaraf penerus musik dan syaraf penerus rasa sakit adalah sama, para dokter dengan demikian menggunakan musik untuk mengurangi derita wanita yang sedang melahirkan; klinik gigi menggunakannya untuk menenangkan pasien; selain itu juga bisa digunakan untuk menghilangkan sebagian gejala penyakit kanker dan efek sampingan dari terapi kanker.
Dari konsultasi perkawinan hingga ke terapi penyakit depresi dan penyakit mental, dewasa ini semakin banyak saja terapi kejiwaan menggunakan musik sebagai penanganan terapi psikologis, musik membantu penderita mengenali perasaan diri sendiri dan membantu penderita memperbaiki emosi yang negatif.
MUSIK KLASIK MEMPUNYAI MANFAAT KUSUS TERHADAP KESEHATAN
Serangkaian penelitian menyatakan bukannya seluruh musik dapat menimbulkan efek positif bagi kesehatan jiwa dan raga, tetapi musik klasik secara jelas memiliki kegunaan unik bagi kesehatan, misalnya:
MUSIK KLASIK MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN JANIN
Sesuai penelitian ilmuwan Eropa dan Amerika serta dari daratan Tiongkok menunjukkan, musik klasik bisa menyediakan rangsangan pendengaran yang bersifat baik bagi janin, sangat membantu terhadap pendidikan janin. Penelitian menemukan, pada masa jabang bayi mendengarkan musik dari Mozart dan Bach, bisa memperluas volume otak besar, menambah kegiatan utama urat syaraf, membantu daya berimajinasi abstrak dari pertumbuhan normal anak. Penelitian menunjukkan, melakukan rangsangan suara secara berkala terhadap janin, misalkan musik klasik yang ringan lembut dan bisikan perlahan orang tua dan lain lain, bisa memajukan syaraf perasa janin dan pertumbuhan lapisan kulit otak besar batang tengah perasa, meletakkan fondasi bagi pengembangan kebijaksanaan. Sebaliknya di bawah rangsangan musik modern dan suara hiruk pikuk, janin bisa merasa tidak tenang dan risau, detak jantung bertambah cepat, goyangan kandungan bertambah kuat.
Para ilmuwan Spanyol juga menemukan, janin bisa membedakan baik dan buruknya musik. Walau mereka masih di dalam perut sang ibu, bayi yang perkiraan kelahirannya masih ada 12 minggu sangat menyukai Mozart, Vivaldi dll musik yang ringan-lembut- indah, musik dengan harmoni tinggi, dan sangat antipati terhadap musik heavy metal dan rap.
Selain itu penelitian juga menunjukkan, musik klasik bisa menenangkan bayi yang terlahir dini. Biasanya anak terlahir dini mengekspresikan nyeri dan rasa tidak nyaman melalui perbuatan dan mimik wajah, bahkan diekspresikan dengan detak jantung bertambah cepat, tetapi ketika mereka sewaktu mendengar musik klasik, sangat jelas sekali, bisa diamati kelakuan bayi terlahir dini dengan ekspresi wajah serta detak jantungnya kembali berjalan normal.
MUSIK KLASIK MENINGKATKAN PRODUKSI SUSU SAPI
Psychiater Universitas Inggris, menemukan bahwa memperdengarkan musik klasik ringan kepada sapi perah bisa membantu meningkatkan produksi susu mereka.
Namun, musik modern tertentu yang memekakkan telinga ternyata tidak membawa efek apapun. Doktor itu mengatakan, musik yang nyaman dan ringan tersebut bisa meningkatkan produk susu barangkali adalah karena mereka bisa mengurangi stress dari sapi perah.
Sebagian peternak ayam sudah mengadopsi cara pemutaran musik untuk peningkatan produksi. Dahulu, juga ada bukti menunjukkan bahwa musik bisa mengurai stress pada ayam.
MUSIK KLASIK MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN TANAMAN
Musik mempercepat tanaman berbunga, sudah diteliti di luar negeri sejak lama. Pernah dilakukan eksperimen sebagai berikut: Faktor yang barangkali bisa mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti temperatur, kelembaban, pencahayaan dan lain-lainl di dalam lima buah kamar, diatur sesuai dengan kondisi yang saama, kemudian pada masing-masingnya ditempatkan tanaman yang mengandung kadar air dan tingkat kesuburan tanah yang sama?Satu-satunya yang berbeda ialah di dalam lima kamar tersebut diputar musik yang berlainan, masing-masing ialah: musik rap, musik pedesaan, musik klasik, musik pop dan kamar terakir sama sekali tidak ada musik.
Hasil eksperimen menunjukkan, pertumbuhan tanaman di dalam kamar ber-musik klasik pertumbuhannya terbaik, yang terjelek ialah tanaman yang berada di dalam kamar dengan musik rap. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman ialah, ritme musik rap kacau balau, musiknya kekurangan garis berkesinambungan, sulit diciptakan keadaan stabil dan nyaman yang memungkinkan tanaman yang bisa bernafas itu tumbuh; penampilan musik klasik ialah musik yang teratur, tertib dan harmonis, setiap mahluk berjiwa dengan demikian dapat terimbas, tumbuhnya akan lebih bagus.
MUSIK KLASIK BISA MENINGKATKAN PENJUALAN MAKANAN DAN MINUMAN
Sebuah penelitian di universitas di Inggris menunjukkan, musik bisa mempengaruhi kegemaran orang akan makanan, jikalau di ruang makan diputarkan musik klasik, pelanggan bisa membeli lebih banyak, jikalau diputarkan musik pop atau tanpa musik, maka konsumsi pelanggan jelas menjadi berkurang.
Doktor psychiater memimpin regu penelitian, melakukan pengamatan selama 3 minggu pada sebuah restoran di Inggris tengah. Mereka menemukan, irama musik yang halus dan mengalun indah dari Bach dan Mozart membuat pelanggan rela merogoh koceknya lebih dalam; akan tetapi apabila diputarkan si manis Britney Spears atau karya pop yang sedang ngetrend, maka pelanggan rata-rata mengeluarkan biaya lebih sedikit; jikalau tanpa musik, maka pengeluaran mereka bahkan lebih sedikit lagi.
Efek Musik Pada Tubuh Manusia
Submitted by noviz on 21 November, 2006 - 08:27.Oleh Dr. Sondang Aemilia Pandjaitan-Sirait, SpKK
Seringkali sebagian orang menilai bahwa jenis musik yang baik didengar itu hanya masalah selera. Namun di lain pihak kita juga menyadari, bahwa musik dapat mempengaruhi kita secara emosi, fisik, mental, dan spiritual. Jenis musik mana yang baik untuk kesehatan emosi, fisik, mental, dan spiritual sering membawa kita pada berbagai kontroversi. Pada kesempatan ini, saya akan sedikit memberikan data-data penelitian mengenai efek musik terhadap berbagai bagian dan fungsi tubuh kita, termasuk bagaimana efeknya terhadap otak, peningkatan berbagai hormon, dan hubungannya dengan ritme tubuh.
HUBUNGAN MUSIK DENGAN FUNGSI OTAK
Semua jenis bunyi atau bila bunyi tersebut dalam suatu rangkaian teratur yang kita kenal dengan musik, akan masuk melalui telinga, kemudian menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan di telinga dalam serta menggetarkan sel-sel berambut di dalam Koklea untuk selanjutnya melalui saraf Koklearis menuju ke otak. Ada 3 buah jaras Retikuler atau Reticular Activating System yang diketahui sampai saat ini. Pertama: jaras retikuler-talamus. Musik akan diterima langsung oleh Talamus, yaitu suatu bagian otak yang mengatur emosi, sensasi, dan perasaan, tanpa terlebih dahulu dicerna oleh bagian otak yang berpikir mengenai baik-buruk maupun intelegensia. Kedua: melalui Hipotalamus mempengaruhi struktur basal "forebrain" termasuk sistem limbik, dan ketiga: melalui axon neuron secara difus mempersarafi neokorteks. Hipotalamus merupakan pusat saraf otonom yang mengatur fungsi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, pergerakan otot usus, fungsi endokrin, memori, dan lain-lain. Seorang peneliti Ira Altschuler mengatakan "Sekali suatu stimulus mencapai Talamus, maka secara otomatis pusat otak telah diinvasi."
Sebuah survey pada suatu seminar menunjukkan bahwa pendengarnya mengatakan bahwa mereka tidak mendengarkan syair dari sebuah lagu. Namun pada waktu lagu tersebut diperdengarkan, separuh dari mereka dapat melagukannya tanpa mereka sadari. Hal ini menunjukkan adanya memori dalam otak yang mampu merekam apa saja yang masuk melalui pendengarannya bersama musik, tanpa mampu dicerna oleh akal sehat. Kesimpulannya tidak ada lagu/musik yang mampu dicegah masuknya ke dalam otak kita, walaupun kita berkata "saya tidak mendengarkan syairnya".
Seorang peneliti, Donald Hodges, mengemukakan bahwa bagian otak yang dikenal sebagai Planum Temporale dan Corpus Callosum memiliki ukuran lebih besar pada otak musisi jika dibandingkan dengan mereka yang bukan musisi. Kedua bagian ini bahkan lebih besar lagi jika para musisi tersebut telah belajar musik sejak usia yang masih sangat muda yakni di bawah usia tujuh tahun. Gilman dan Newman (1996) mengemukakan bahwa Planum Temporale adalah bagian otak yang banyak berperan dalam proses verbal dan pendengaran, sedangkan Corpus Callosum berfungsi sebagai pengirim pesan berita dari otak kiri kesebelah kanan dan sebaliknya. Seperti kita ketahui otak manusia memiliki dua
bagian besar, yaitu otak kiri dan otak kanan. Walaupun banyak peneliti mengatakan bahwa kemampuan musikal seseorang berpusat pada belahan otak kanan, namun pada proses perkembangannya proporsi kemampuan yang tadinya terhimpun hanya pada otak kanan akan menyebar melalui Corpus Callosum kebelahan otak kiri. Akibatnya, kemampuan tersebut berpengaruh pada perkembangan linguistik seseorang. Dr. Lawrence Parsons dari Universitas Texas San Antonio menemukan data bahwa harmoni, melodi dan ritme memiliki perbedaan pola aktivitas pada otak. Melodi menghasilkan gelombang otak yang sama pada otak kiri maupun kanan, sedangkan harmoni dan ritme lebih terfokus pada belahan otak kiri saja. Namun secara keseluruhan, musik melibatkan hampir seluruh bagian otak. Dr. Gottfried Schlaug dari Boston mengemukakan bahwa otak seorang laki-laki musisi memiliki Cerebellum (otak kecil) 5% lebih besar dibandingkan yang bukan musisi. Kesemua ini memberikan pengertian bahwa latihan musik memberikan dampak tertentu pada proses perkembangan otak.
MUSIK DAN PRODUKSI HORMON
Mary Griffith, seorang ahli fisiologi, mengemukakan bahwa hipotalamus mengontrol berbagai fungsi saraf otonom, seperti bernapas, denyut jantung, tekanan darah, pergerakan usus, pengeluaran hormon tiroid, hormon adrenal cortex, hormon sex, bahkan dapat mengontrol seluruh metabolisme tubuh kita. Sebuah studi menemukan adanya peningkatan Luteinizing Hormone (LH) pada saat mendengarkan musik. LH adalah suatu hormon sex yang merangsang pematangan sel telur.