Dear Diana,
surat ini kusertakan denngan sebuah Sarunai indah yang Nolah ku tiup di tepi sawah :Laman Hijau tempat kito bermain kala kecil
Surat yang borisi sebuah Permintaan pulang dariku
Untuk kau yang tengah ke kota yang entah dimano harus kucari kan langgam melayu
Kota dimano tak lagi dapat kulihat bagai mano getah karet dapat menghidupiku
Kota dimano tak adalagi dinding pemisah antara Baik-buruk dan adat seperti di desa kecil Pangkalan Indaruang..
Dear Diana,Aku Dan Januar ingin skali ingin menjemputmu
Namun kau tau..
Aku bahkan tak dapat becakap dalam Baso Indonesia dengan Elok
Bahkan bilo kau pulang
Dan kau berubah
Cepatlah pulang,lengkapi tradisi rekat kampung terisoli ini
Cepatlah pulang, jodoh lelaki Berkulit Kasar legam ditempa terik si mentari pagi telah menanti mu
Adat harus tetap berdiri...
Kawinlah kau dengan si Januar..kata pemangku Adat Dio Rajo Nagori Pangkalan Indarung
Dear, Diana...
Sudah Den Sebuik Pado kau..
Lelaki kota tak lebih baik dari Puluhan lelaki bodoh berkulit hitam di kampong ko..
Walau bodoh dio bertanggung jawab,menjunjung adat tak nak tertinggal..
Pulanglah..oh pulanglah..
No comments:
Post a Comment