Karena denger ini aku kembali ingat sama sekedar saran bang lindra malam bukbar,bahwa,sebenarnya aku punya potensi ,tapi manusia itu terlalu sulit mengakuinya ,dan juga aku terlalu mudah percaya dan terlalu terbuka sama manusia,tidak semua hal benar itu harus dikatakan ,tapi usahakan mengatakan hal yang benar ,itu intinya
selanjutnya kami makan pisang di paus,lalu sampai malam bercerita di kedai tepi jalan,nambahin cerita kocak,soal mimpi mimpi yang kutulis terisnpirasi pak nando dan buku pas Sma,JUGA sampai ke cerita romantis dan aneh aneh,kejahatan pas sma,pokoknya cukup menyenagkan tentunya..
Ada sesuatu hal yang ingin aku lakukan untuk kawan yang satu ini,dan ini sesuatu yang aneh,dan pertaruhannya CITRA -dan masih banyak lagi,tapi ini memang perlu dilakukan,aku dan dia akan menyeting waktu dan tempat,dari ini aku bisa ambil kesimpulan ,bahwa manusia itu sejatinya tidak pernah suka dibohongi
selanjutnya roman pikirnya itu kutuangkan kedalam puisi yang kutulis di kompasiana,aku pun bingung mengapa puisi begitu sepanjang ini,tapi benarlah...malam tdi dia menginspire ku banyak hal..sebenarnya banyak puisi lainnya mau ku share,tapi satu persatu saja
ini bunyi puisinya yang kutulis di kompasiana:
Romeo oh ROmeo,Khayaam kudengar khayyam bertanya kepadamu buat apa botol kecil itu kau ciumi dalam dalam
“sampaikan pada Khayyam ini bukan bukan urusan soalan hatinya,urus sajalah syah jahannya yang sibuk cintai dunia”
Lalu ,utarapun bergoyang goyang,seperti cenanyang yang melayang layang
“Oh ROmeo,kasihan sekali kau yang tak mampu miliki Juliet,betapa bodohnya si miskin ini”
Roemo memelas kasih,masih menyipu nyipu botol kecil berisi racun ditiap jemarinya
“Wahai Khayyam,apa yang akan kau banggakan soal Jahanmu,ia hidup hanya untuk tahta diraja
Lalu,setelah nikah berkasih,ia ingin memilikimu seutuhnya,pada calon anaknya saja ia cemburuimu”,Romeo kali ini bersiap minum racunnya
“Oh,ROmeo oh ROmeo,tiada beguna kau hirup racun segar itu didepan mayat kasihmu,biarkan ia temukan ketiadaan nya oleh mu itu ,jangan kau bandingkan ia dengan Djahanku,ia mati sesuai keinginannya berpelukan diatas permadani kekuasaan dan kasih sayangnya pada tahta dan harta,lalu bertelanjang rindu diantara senyuman dan kasih berkisah diantara batinku”.Khayyam kudengar sedikit tertawa saja
“Oh khayyam,kau urus saja jubah arabmu itu untuk membuat dan menikmati anggur segar bercumbu dibawah rembulan asik lalu memuji muji bintang yang tak kau pahami usulannya,kau cuma berilmu,sehingga raja raja menyukaimu,jika saja kau seperti keindahan Galilei di umurmu berikutnya,terlihat jelas,umat manusia memang selalu berlari dari kebenaran dan hakikat dalam kasih berkisahku dan juliet,lalu bertamu dan memeluk mesra perbedaaan,akan saling bunuh membunuhi hubungan ku dengan beragam pembenaran dan omong kosongnya” Kali ini romeo mulai sedih,
Tangisnya begitu lirih,sementara dipangkuannya gadis manis telah menjadi mayat
Khayyam pun segera bersajak ria dibalik kehampaaannya akan kematian Djahan ditangan tentara sekte Ismailiyyah..
“telah kutuliskan rubayyat ku untuk dikaji
menyatakan hakikat ilmu tanpa logika
yang kusebut itu cinta”
“telah kutemaramkan pada anak anak muda ini,
untuk selalu memilih ketinggian derajatnya dibandingkan suka menyukai tiada berperikan,yang pada akhirnya akan gambarkan kehampaan atas kehilangan”
“kusepurnakan ingin ku akan Syah Djahan,Aku cuma cintai kemolekannya tiada berbantahan..dan ilmu yang yang tiada orang lain dikaruniakan–namun takdir dan garis darah berkata lain–wanitaku cuma inginkan diriku ,sedang tahta dan Kemegahan dunia menyilaukan tiada mampu ia batasi hingga beranakan manusia pun ia tak hendak”
Malam itu Omar tertidur,Aku berpikir ia masih rindukan Djahannya dibuku Rubayyat ku itu
matanya tertutup dalam dalam,
sudut matanya bercerita bersama tangis
kerinduan dan kehampaaan menyeruak di dinding kos ku
Menyaksikan itu Romeo tercengang
baru menyadari arti kehilangan,benci,manusia penghalang,perbedaaan sedikit lebih bijak
Dalam sorotan matanya kubacakan sedikit penyesalan
Dalam air matanya kubaca sedikit pengakuan
lalu aku pun berbisik lirih pada malam aneh itu di kosan
“Oh Omar,pak tua aneh yang cintai ilmu dan gadis pilihan,namun diberikan Tuhan gadis indah yang cintai kedudukan dan kekayaanlalu mati dalam kehilangan tiada tara dalam pengkhianatan teman,dan juga mati dalam kehampaaan tiada beranak dari syah Djehan”
“Oh,lelaki bodoh bernama ROmeo,inginkan sesuatu objek yang tak pernah mungkin ia Dapatkan,lalu berjuang mengundi nyawa gadis manis yang ia pertaruhkan..lalu binasa dalam takdir Tuhan..sekelumit kehilangan dan penyesalan saling bertautan’
Dalam hati kecil ku bertanya,Sewaktu itu pula ROmeo dan mayat gadisnya raib di balik lampu yang tak lagi bersenarai dalam
“Oh,mereka berdua…tak pernah belajar dari kakek Adam dan nenek Hawanya
Yang pertama menisbatkan ilmu layaknya patut disandingkan dengan cinta…tiada belajar mungkin dari Nabi Idris yang juga dikaruniakan hal yang sama,atau kematian tiada berduga dari Sulaiman dibalik kejayaannya ,yang dihadapan Balqis pun tunduk padanya…lalu menerima kehampaan yang sama”
“oh yang kedua…lelaki bodoh mungkin begini adanya…tiada berlajar dari hidupnya..harusnya kau belajar pada lelaki sejamanku kini…”
Sejamanku? bagaimanakah layak kusandingkan sejarah dan karangan itu dengan lelaki sejamanku?
Ya..sejamanku
Coba kau lihat layaknya kini
Dijamanku..
Ada lelaki yang bernasib sama layaknya Romeo,
berniat dapatkan Juliet,dan mungkin bisa lebih anarkis trik dan intriknya
Namun lelaki ini lebih memendam rasanya
mendiamkan rasanya yang tak kunjung berbalas
Lalu dipikirannya ia berkata
“Betapapun serupanya aku dan Khayyam yang mencintai ilmu dan syah jehan
Betapapun aku hinanya yang berani mimpikan gadis berparas sempurna ,bak romeo dan juliet”
“aku akan berkata,bahwa:AKu tidak sama dengan Si Tua Khayyam yang mengejar ngejar ketidakwarasan dibalik paras semata”
“Aku pun tidak akan lebih hina daripada binatang yang hanya karena mengetahui balasan cintanya harus diperjuangkan,rela menerima kematian gadis itu dibalut maut bunuh diri”
Wah,begitulah kata anak sejamanku
sedangkan..bila Khayyam dan Romeo kembali sekali lagi dari karangan Shakespear dan Amir Maalof keduania nyata
Mereka akan temui penyesalan demi penyesalan berikutnya
Lalu
Matilah aku dalam tidur mudaku
Hantu kecil masih tertawa dibalutan duka lalu dan cahaya masa depan pikiranku
oh Khayyam
Oh Romeo
Indahnya..
oh..
bodohnya
Pekanbaru,0 Agusta 2012
Puisi diatas bisa langsung di klik ke tautan kompasiana ku : http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2012/08/10/ketika-romeo-bertemu-khayyam/
Selanjutnya kami sahur on the road,dia terbuka,dia senyum itu udah cukup..kalau ada yang berani ganggu dia,hee.. kupukuli!
“sampaikan pada Khayyam ini bukan bukan urusan soalan hatinya,urus sajalah syah jahannya yang sibuk cintai dunia”
Lalu ,utarapun bergoyang goyang,seperti cenanyang yang melayang layang
“Oh ROmeo,kasihan sekali kau yang tak mampu miliki Juliet,betapa bodohnya si miskin ini”
Roemo memelas kasih,masih menyipu nyipu botol kecil berisi racun ditiap jemarinya
“Wahai Khayyam,apa yang akan kau banggakan soal Jahanmu,ia hidup hanya untuk tahta diraja
Lalu,setelah nikah berkasih,ia ingin memilikimu seutuhnya,pada calon anaknya saja ia cemburuimu”,Romeo kali ini bersiap minum racunnya
“Oh,ROmeo oh ROmeo,tiada beguna kau hirup racun segar itu didepan mayat kasihmu,biarkan ia temukan ketiadaan nya oleh mu itu ,jangan kau bandingkan ia dengan Djahanku,ia mati sesuai keinginannya berpelukan diatas permadani kekuasaan dan kasih sayangnya pada tahta dan harta,lalu bertelanjang rindu diantara senyuman dan kasih berkisah diantara batinku”.Khayyam kudengar sedikit tertawa saja
“Oh khayyam,kau urus saja jubah arabmu itu untuk membuat dan menikmati anggur segar bercumbu dibawah rembulan asik lalu memuji muji bintang yang tak kau pahami usulannya,kau cuma berilmu,sehingga raja raja menyukaimu,jika saja kau seperti keindahan Galilei di umurmu berikutnya,terlihat jelas,umat manusia memang selalu berlari dari kebenaran dan hakikat dalam kasih berkisahku dan juliet,lalu bertamu dan memeluk mesra perbedaaan,akan saling bunuh membunuhi hubungan ku dengan beragam pembenaran dan omong kosongnya” Kali ini romeo mulai sedih,
Tangisnya begitu lirih,sementara dipangkuannya gadis manis telah menjadi mayat
Khayyam pun segera bersajak ria dibalik kehampaaannya akan kematian Djahan ditangan tentara sekte Ismailiyyah..
“telah kutuliskan rubayyat ku untuk dikaji
menyatakan hakikat ilmu tanpa logika
yang kusebut itu cinta”
“telah kutemaramkan pada anak anak muda ini,
untuk selalu memilih ketinggian derajatnya dibandingkan suka menyukai tiada berperikan,yang pada akhirnya akan gambarkan kehampaan atas kehilangan”
“kusepurnakan ingin ku akan Syah Djahan,Aku cuma cintai kemolekannya tiada berbantahan..dan ilmu yang yang tiada orang lain dikaruniakan–namun takdir dan garis darah berkata lain–wanitaku cuma inginkan diriku ,sedang tahta dan Kemegahan dunia menyilaukan tiada mampu ia batasi hingga beranakan manusia pun ia tak hendak”
Malam itu Omar tertidur,Aku berpikir ia masih rindukan Djahannya dibuku Rubayyat ku itu
matanya tertutup dalam dalam,
sudut matanya bercerita bersama tangis
kerinduan dan kehampaaan menyeruak di dinding kos ku
Menyaksikan itu Romeo tercengang
baru menyadari arti kehilangan,benci,manusia penghalang,perbedaaan sedikit lebih bijak
Dalam sorotan matanya kubacakan sedikit penyesalan
Dalam air matanya kubaca sedikit pengakuan
lalu aku pun berbisik lirih pada malam aneh itu di kosan
“Oh Omar,pak tua aneh yang cintai ilmu dan gadis pilihan,namun diberikan Tuhan gadis indah yang cintai kedudukan dan kekayaanlalu mati dalam kehilangan tiada tara dalam pengkhianatan teman,dan juga mati dalam kehampaaan tiada beranak dari syah Djehan”
“Oh,lelaki bodoh bernama ROmeo,inginkan sesuatu objek yang tak pernah mungkin ia Dapatkan,lalu berjuang mengundi nyawa gadis manis yang ia pertaruhkan..lalu binasa dalam takdir Tuhan..sekelumit kehilangan dan penyesalan saling bertautan’
Dalam hati kecil ku bertanya,Sewaktu itu pula ROmeo dan mayat gadisnya raib di balik lampu yang tak lagi bersenarai dalam
“Oh,mereka berdua…tak pernah belajar dari kakek Adam dan nenek Hawanya
Yang pertama menisbatkan ilmu layaknya patut disandingkan dengan cinta…tiada belajar mungkin dari Nabi Idris yang juga dikaruniakan hal yang sama,atau kematian tiada berduga dari Sulaiman dibalik kejayaannya ,yang dihadapan Balqis pun tunduk padanya…lalu menerima kehampaan yang sama”
“oh yang kedua…lelaki bodoh mungkin begini adanya…tiada berlajar dari hidupnya..harusnya kau belajar pada lelaki sejamanku kini…”
Sejamanku? bagaimanakah layak kusandingkan sejarah dan karangan itu dengan lelaki sejamanku?
Ya..sejamanku
Coba kau lihat layaknya kini
Dijamanku..
Ada lelaki yang bernasib sama layaknya Romeo,
berniat dapatkan Juliet,dan mungkin bisa lebih anarkis trik dan intriknya
Namun lelaki ini lebih memendam rasanya
mendiamkan rasanya yang tak kunjung berbalas
Lalu dipikirannya ia berkata
“Betapapun serupanya aku dan Khayyam yang mencintai ilmu dan syah jehan
Betapapun aku hinanya yang berani mimpikan gadis berparas sempurna ,bak romeo dan juliet”
“aku akan berkata,bahwa:AKu tidak sama dengan Si Tua Khayyam yang mengejar ngejar ketidakwarasan dibalik paras semata”
“Aku pun tidak akan lebih hina daripada binatang yang hanya karena mengetahui balasan cintanya harus diperjuangkan,rela menerima kematian gadis itu dibalut maut bunuh diri”
Wah,begitulah kata anak sejamanku
sedangkan..bila Khayyam dan Romeo kembali sekali lagi dari karangan Shakespear dan Amir Maalof keduania nyata
Mereka akan temui penyesalan demi penyesalan berikutnya
Lalu
Matilah aku dalam tidur mudaku
Hantu kecil masih tertawa dibalutan duka lalu dan cahaya masa depan pikiranku
oh Khayyam
Oh Romeo
Indahnya..
oh..
bodohnya
Pekanbaru,0 Agusta 2012
Puisi diatas bisa langsung di klik ke tautan kompasiana ku : http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2012/08/10/ketika-romeo-bertemu-khayyam/
Selanjutnya kami sahur on the road,dia terbuka,dia senyum itu udah cukup..kalau ada yang berani ganggu dia,hee.. kupukuli!
No comments:
Post a Comment