Ting ting ting positive Thingking..Slogan ini baik
sekali bila terpampang begitu besarnya ketika kita mengenali sesuatu
fenomena yang terjadi dalam diri kita sendiri.
Mereka atau siapapun itu yang menguasai kemampuan “Positif Thingking” memang layak menyandang prediket penguasa Emotional Quetien .
Akan tetapi,kadang kita juga tidak boleh terjebak dalam nenerjemahkan Positif thingking yang dimaksudkan ini.
Mari sejenak mengingat Kisah yang terjadi Antara nabi Adam dan Siti hawa yang terjadi di Surga,kala itu Setan ,melalui perantaraan Ular,masuk dan menggoda Siti Hawa untuk memakan buah Khuldi.Nah,Siti hawa sempat ragu,namun akhirnya dengan bermacam dalil pembenaran dan gaya positif thingking paling klasik yang dimilikinya,jatuh tersungkur dalam kesalahan yang kemudian akan disesalinya.
Disini menarik memang ketika kita dihadapkan suatu fenomena-fenomena yang kadang menuntut kita untuk berpikir Kritis.Dan kita semua harus mengakui bahwa kita adalah manusia biasa.
Sebagai contohnya saja,dalam beberapa tulisan ada seorang teman yang mengkritisi kebijakan pelaksanaan PON di Propinsinya yang menurut pendapatnya amburadul dan memalukan.Pendapat dan opininya ini ia bangun juga karena fakta dari KPK yang telah menangkap basah sejumlah elit yang kurang ajar dan kurang otak yang berbuat culas serta merugikan masyarakat.
Sedangkan,ada pula seorang teman yang memandang pelaksanaan PON ini dalam konteks POSITIVE THINGKING ,dan bilang “kita ambil manfaatnya”, atau bilang “ngapain sih diurusin,positif thingking aja,biarkan mereka bekerja sebagaimana mestinya” ,kadang pula parahnya bilang “biarkan mereka korupsi,positif thingking aja”
Dari contoh singkat diatas,kadang kita memang harus Bijak dalam menempatkan suatu paham tertentu.terutama kepada kaum intelektual,Positif Thingkinglah,namun bila ada suatu kondisi yang perlu kita pertajam untuk lakukan fungsi kontrol dan suarakan suatu hal yang menurut kita itu sudah kurang benar.Maka,Kritis berdasarlah…Bayangkan kalau KPK itu selalu berPOSITIF THINGKING ala “monggo” ’sabar’ ,atau ‘biarin aje’….? apa kata dunia?
Pertanyaan berikutnya sekarang,apakah paham yang kita pahami menutup diri untuk terus menyuarakan sesuatu yang menurut kita benar?
atau kadang kita perlu memakai istilah Jusuf Kalla berikut “Percaya boleh,diperiksa lebih baik “
Salam…
tulisan ini juga di keluarkan di Kompasiana.com
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/09/22/bijak-dan-cerdaslah-dalam-berpositif-thinking/
Mereka atau siapapun itu yang menguasai kemampuan “Positif Thingking” memang layak menyandang prediket penguasa Emotional Quetien .
Akan tetapi,kadang kita juga tidak boleh terjebak dalam nenerjemahkan Positif thingking yang dimaksudkan ini.
Mari sejenak mengingat Kisah yang terjadi Antara nabi Adam dan Siti hawa yang terjadi di Surga,kala itu Setan ,melalui perantaraan Ular,masuk dan menggoda Siti Hawa untuk memakan buah Khuldi.Nah,Siti hawa sempat ragu,namun akhirnya dengan bermacam dalil pembenaran dan gaya positif thingking paling klasik yang dimilikinya,jatuh tersungkur dalam kesalahan yang kemudian akan disesalinya.
Disini menarik memang ketika kita dihadapkan suatu fenomena-fenomena yang kadang menuntut kita untuk berpikir Kritis.Dan kita semua harus mengakui bahwa kita adalah manusia biasa.
Sebagai contohnya saja,dalam beberapa tulisan ada seorang teman yang mengkritisi kebijakan pelaksanaan PON di Propinsinya yang menurut pendapatnya amburadul dan memalukan.Pendapat dan opininya ini ia bangun juga karena fakta dari KPK yang telah menangkap basah sejumlah elit yang kurang ajar dan kurang otak yang berbuat culas serta merugikan masyarakat.
Sedangkan,ada pula seorang teman yang memandang pelaksanaan PON ini dalam konteks POSITIVE THINGKING ,dan bilang “kita ambil manfaatnya”, atau bilang “ngapain sih diurusin,positif thingking aja,biarkan mereka bekerja sebagaimana mestinya” ,kadang pula parahnya bilang “biarkan mereka korupsi,positif thingking aja”
Dari contoh singkat diatas,kadang kita memang harus Bijak dalam menempatkan suatu paham tertentu.terutama kepada kaum intelektual,Positif Thingkinglah,namun bila ada suatu kondisi yang perlu kita pertajam untuk lakukan fungsi kontrol dan suarakan suatu hal yang menurut kita itu sudah kurang benar.Maka,Kritis berdasarlah…Bayangkan kalau KPK itu selalu berPOSITIF THINGKING ala “monggo” ’sabar’ ,atau ‘biarin aje’….? apa kata dunia?
Pertanyaan berikutnya sekarang,apakah paham yang kita pahami menutup diri untuk terus menyuarakan sesuatu yang menurut kita benar?
atau kadang kita perlu memakai istilah Jusuf Kalla berikut “Percaya boleh,diperiksa lebih baik “
Salam…
tulisan ini juga di keluarkan di Kompasiana.com
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/09/22/bijak-dan-cerdaslah-dalam-berpositif-thinking/
No comments:
Post a Comment