Pages

Sunday, May 20, 2012

CATATAN KAKI TENTANG METAFISIKA KEBANGSAAN : PERJALANAN DARI LUMBUNG SAMPAI CAKRAWALA JALA SUTRA UNTUK KEMBALI MENJADI BANGSA INDONESIA Oleh : Romo Jansen Boediantono*

CATATAN KAKI TENTANG METAFISIKA KEBANGSAAN : PERJALANAN DARI LUMBUNG SAMPAI CAKRAWALA JALA SUTRA UNTUK KEMBALI MENJADI BANGSA INDONESIA
 Oleh : Romo Jansen Boediantono*
                                                                                                                   

     Apabila ada yang sekonyong - konyong bertanya arti bangsa, apakah yang berkelebat dibenak kita ?? Dua tanda tanya tersebut memberikan peluang pada dua jawaban yang terlintas dipikiran kita. Pertama, menunjuk pada kelompok manusia yang mendiami sebuah tempat tertentu dengan ciri - ciri khas sendiri, sedangkan yang kedua melukiskan adanya tujuan yang terdapat pada kelompok tersebut. Maka ditengah hiruk pikuk persoalan – persoalan yang menyerang bangsa indonesia dari segala arah, skala dan kompleksitas kerumitan pemecahan jangka panjang untuk menjaga kelangsungan hidup bangsa indonesia dibuminya sendiri semakin sulit diabaikan. Bisa dikatakan sebuah kemustahilan bila kita ingin membuat jalan setapak yang mampu menembus bayang – bayang suram masa depan bangsa, tanpa memperhitungkan keragaman budaya, prespektif teologi, filsafat sampai pada unsur mesianis untuk kemudian menata kembali hubungan bangsa dan negara dalam kaitannya dengan Tuhan, alam maupun manusia itu sendiri
     Tulisan ini merupakan upaya ‘penyelamatan bangsa Indonesia ditanah kelahirannya sendiri’ dengan membuka tabir ‘ kasyf al-mahjub’  bangsa indonesia, melihat hal – hal yang luput dari perhatian banyak orang, yang terdapat dibalik sesuatu yang tampak, keluar dari dunia empiris dan bergerak terus untuk mencari kebijaksanaannya dengan cara inovatif, reflektif dan revolusioner. Dengan demikian yang akan ditawarkan adalah sebuah ‘ada dalam kemungkinan’, yaitu sesuatu yang dalam realitas belum ada tapi secara potensial dapat diwujudkan. Agar ada dalam kemungkinan ini benar – benar bisa terwujud, metafisika kebangsaan yang dipakai  mengikuti prinsip – prinsip keteraturan semesta seperti yang telah ditetapkan Tuhan ( sunatullah ) untuk mengantarkan perjalanan bangsa indonesia selamat sampai tujuannya. Pola berpikir deduktif ini memberi isyarat  adanya Kebenaran relatif  yang didekatkan pada kebenaran absolut sehingga diharapkan menghasilkan sebuah pemikiran kebangsaan yang pasti, tetap dan dapat diterima semua pihak
     Bangsa sebagai kumpulan manusia - demikian Suhrawardi al-Maqtul menyimpulkan – baik jasad maupun ruhnya merupakan produk dari proses illuminasi Tuhan yang disebut sebagai isyraq. Paham isyraq ini menyatakan bahwa alam berwujud melalui penyinaran illuminasi. Kemudian menurutnya,kosmos terdiri dari susunan bertingkat – tingkat berupa pancaran cahaya. Cahaya tertinggi sebagai sumber segala cahaya atau Nur al-Anwar. Dia adalah Tuhan yang azali. Manusia berasal dari nur al-anwar yang mewujud melalui pancaran cahaya dengan proses yang relatif sama dengan pelimpahan ( emanasi ). Oleh karena itu antara Tuhan dengan Manusia memiliki relasi ontologis substanstif yang bersifat dialektik. Ada hubungan dari atas kebawah ( proses tanazzul ) dan dari bawah keatas ( proses taraqi ) untuk kembali bersatu pada ‘sangkan paraning dhumadi’ ( ittihad ). Implikasi teologis dari paham ini adalah, perjalanan sebuah bangsa sesungguhnya adalah pergerakan dari nol kembali kepada nol sebagai bentuk keseimbangan dan pemaknaan kehidupan sebuah bangsa adalah nilai yang yang lahir dari pergerakan angka satu sampai sembilan sebagai bentuk kesempurnaan. Keseimbangan dan kesempurnaan merupakan kesadaran sebuah bangsa mengikuti hukum – hukum kesemestaan seperti yang telah ditetapkan Tuhan ( sunatullah ),  agar ia mengenali diri sendiri. Dan dengan pengenalan tersebut, sebuah bangsa akan mengenal penciptanya sebagai sumber dari segala macam sumber cahaya
    Keseimbangan dan kesempurnaan ini akan penulis bagi dalam empat ruang yang berjalan mengikuti gerakan hukum – hukum kesemestaan dengan berputar melawan arah jarum. Ruang I  proses kelahiran bangsa, Ruang II Lumbung / sehat jasmani dan rohani,  Ruang III negara, Ruang IV kapital / masyarakat adil  dan sejahtera

Kembali Menjadi Bangsa Indonesia Agar Tidak Terperangkap Dalam Keadaan ‘Merugi’
     Perasaan senasib akibat penindasan yang dialami dan keinginan untuk hidup lebih baik dimasa depan inilah yang mendorong  kaum terjajah, pada tanggal 28 oktober 1928 menyatakan dirinya sebagai Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia pun lahir setelah sebelumnya dihinakan dan dibuat frustasi oleh dominasi imperialis - kolonial, dengan satu tujuan “ mengangkat harkat dan martabat KAUM PRIBUMI “.  Inilah Ruang I proses kelahiran bangsa indonesia
     Persoalan pun muncul, setelah bangsa ini lahir ternyata tidak pernah membangun lumbung yang merupakan kearifan budaya dan koherensi manusia dengan alam, sekaligus merefleksikan kedaulatan rakyat dalam membangun diri dan lingkungannya, tetapi langsung mendirikan negara. Terjadi loncatan yang menyimpang dimana ruang I langsung menuju Ruang III. Akibatnya, negara  tidak tegak berdiri diatas kedaulatan rakyat dan dibangun  berdasarkan nafsu kekuasaan belaka.  Inilah awal penyimpangan bangsa indonesia untuk pertama kalinya dalam perjalanan sejarah : negara yang dibentuk tidak dapat menjadi sebuah organisasi yang mampu mengimplementasikan nilai – nilai kebijaksanaan sebuah bangsa sebagai suatu sistem nilai yang tetap dan terintegrasi, yang mampu mendorong adanya etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
     KAUM PRIBUMI sengaja ditulis dengan huruf besar karena istilah tersebut menunjukan pada  sarkasme sebuah bangsa akibat penyimpangan loncatan diatas, yang kemudian secara psikologis melahirkan keinginan penguasaan atas tanah tempat manusia hidup serta menciptakan sifat eksploitatif pada sumber – sumber kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Akibatnya, pada gilirannya nanti istilah kaum pribumi ini membuat diskrepansi antara keinginan mengangkat harkat dan martabat hidup dengan ketidak adilan dan ketidak sejahteraan dari adanya sifat eksploitatif dan kompetitif  dalam ‘penguasaan hak atas tanah’.
     Kondisi ini bertambah parah dengan adanya pergantian dari UUD’45 menjadi konstitusi RIS, kemudian berlanjut menjadi UUDS 50, yang akhirnya berganti nama menjadi  ‘  Amandemen UUD’45 ‘. UUD’45 yang dibangun dari filsafat, budaya dan spritualitas bangsa digantikan oleh konstitusi yang berisi semangat kapitalisme. Bangsa indonesia pun masuk dalam jaring - jaring dunia kapitalisme yang serba materi dengan lingkaran setan kebutuhan untuk membutuhkan. Negara direduksi sedemikian rupa sehingga terjebak dalam drainase  kapitalisme untuk menguasai sumber daya alam yang ada. Dan elit politik yang menguasai negara berubah menjadi ' leviathan ' yang memiliki kekuasaan begitu besar sehingga memiliki wewenang dalam menentukan hukum – hukumnya sendiri. Kapitalisme yang melahirkan sikap hidup serba materialistis, kompetitif , pragmatis yang dilengkapi dengan kerakusannya, tentu saja berseberangan jalan dengan sifat asli bangsa indonesia yang welas asih, nrimo ing pandum, sepi ing pamrih meski rame ing gawe juga. Jadilah Indonesia menjadi bangsa yang asing dengan dirinya sendiri. Kelihatannya aneh dan lucu, di ruang III  ini antara bangsa indonesia dengan negaranya berdiri berhadapan dengan masing – masing pihak saling memalingkan muka. Perjalanan bangsa pun menjadi stagnan karena negara tak mampu menjadi jembatan yang mampu mengantarkan bangsa indonesia pada masyarakat adil dan sejahtera.
     Suatu penilaian lain yang dramatis dalam ruang III  mengenai negara indonesia dengan kapitalisme sebagai kiblatnya, menampilkan banyak wajah yang tidak sesuai dengan gambaran  budaya bangsa indonesia itu sendiri. Dalam konteks uraian hegemoni kapitalis terjadilah situasi yang manipulatif, keadilan berarti ketidaksamaan, akal berarti pemenuhan kepentingan pribadi, kemerdekaan berati keserakahan. Impian tentang masyarakat yang ‘ gemah ripah loh jinawi ‘ meskipun masuk akal untuk diwujudkan, sayangnya tidak dapat menjadi tujuan ideologis negara dan hanya menjadi sekedar retorika belaka. Kondisi ini menjadi semakin parah dengan adanya praktek – praktek kapitalisme yang direstui negara untuk menerapkan ukuran – ukuran ‘ demi kemanusiaan ‘,  bersandiwara seolah – olah mematahkan ujung pisau tajam persaingan bebas agar bisa menjadi topeng yang menyembunyikan wajah buruk  mereka dari bangsa indonesia.
     Dari perjalanan bangsa yang terjadi dari mulai lahir sampai  saat ini, dari ruang I sampai  ruang lainnya, kita melihat bangsa indonesia  mengalami ketidak keseimbangan karena tidak ada ekuivalensi antara keinginan untuk mengangkat harkat dan martabat dengan keadilan dan kesejahteraan dalam realitasnya. Disamping itu, bangsa ini pun mengalami ketidak sempurnaan karena bergerak hanya diwilayah materi dan mengabaikan sumber – sumber rohani dalam memberikan makna hidupnya. Bangsa ini pun mengalami ketidak seimbangan dan ketidak sempurnaan, maka “ demi waktu, sesungguhnya bangsa indonesia dalam keadaan merugi bila situasi dan kondisi ini diteruskan “
     Situasi dan kondisi itulah yang melahirkan sebuah kesadaran baru pada segelintir anak – anak bangsa untuk menggali sumber – sumber pemikiran yang ada pada tradisi, filsafat dan religiuisitas bangsa indonesia, sebagai upaya menjaga keberlangsungan hidup bangsa indonesia itu sendiri dalam sebuah tema “ Kembali Menjadi Bangsa Indonesia “yang dipelopori oleh Agus Salim HK,  Pemimpin Revolusi Kembalinya Jatidiri Bangsa dan Sistem Mula NKRI serta Hans Setyabudhi, Penggali Cakrawala Jala Sutra. Bentuk khas kesadaran ini adalah pemahaman yang mendalam tentang akar budaya pada ruang konkret yang menjadi simbol suatu cara pemahaman, pola berpikir yang bergerak mengikuti hukum – hukum kesemestaan, cara hidup serta pandangan dunia yang jauh dari pilihan  filantropis. Hasil konkret dari pemahaman pada akar budaya yang dihasilkan berupa pengetahuan yang mendalam tentang potensi manusia dan kekuatan alam dimana manusia hidup, bahkan batas antara manusia dengan alam seringkali samar karena adanya timbal balik dan saling menerima budaya dan alam yang merangsang keinginan untuk menata kembali cara berpikir, bertindak , termasuk pola – pola hidup yang biasa dilakukan
     Aspek lain tak kalah penting yang ada pada kesadaran ini adalah keharmonisan didalam interaksi sosial kehidupan berbangsa dan bernegara, keselarasan didalam keragaman tradisi, persaudaraan ditengah  perbedaan sesama anak bangsa. Ikatan – ikatan primodial pun terjalin sebagai konstiitutif dari keberadaannya sebagai sebuah bangsa. Menurut penulis, Ini merupakan karakteristik asli bangsa Indonesia yang menunjukan sikap hormat pada yang transenden bukannya kepemilikan atas alam dalam pandangan dunia, kesetiakawanan sosial melalui jalinan komunikasi dialogis dan bukan persaingan dalam hubungan antar manusia, pengenalan jatidiri dan bukan keterasingan dalam pengalaman hidupnya. Bila kemajuan material yang menjadi tujuan negara telah merusak karakteristik bangsa Indonesia mulai dipertanyakan, kesadaran untuk kembali menjadi bangsa indonesia dapat menjadi angin segar yang membawa harapan baru bagi bangsa Indonesia menyelamatkan diri dari keadaannya yang merugi

Lumbung Sebagai Upaya Rakyat Membangun Bangsa Dan Negara
      “ Negara itu seperti sebuah perahu yang sedang berlayar. Kita tak dapat memperbaikinya sekaligus langsung selesai tapi sedikit demi sedikit, bagian demi bagian“, sebuah pernyataan yang sering diucapkan oleh para tekhnokrat negeri untuk mencari pembenaran terhadap apa yang dilakukannya. Pernyataan tu sepintas benar tapi tidak menjawab persoalan secara mendasar bila kita melihat kerusakan yang sudah sedemikian parah disertai arah yang melenceng dari tujuan yang telah ditetapkan. “ Menarik kembali perahu kegalangan untuk diperbaiki secara total, agar bisa berlayar kembali sesuai tujuan “,  itulah pesan yang secara implisit hendak disampaikan dari tema kembali menjadi bangsa Indonesia. Ruang pertama harus dikaji kembali secara benar agar ada aksentuasi yang kuat terhadap arti berbangsa, untuk kemudian meluruskan fungsi negara sehingga dapat menjadi kunci yang membuka pintu gerbang kemerdekaan yang sesungguhnya. Kembali menjadi bangsa indonesia, adalah gerakan mengembalikan bangsa dan negara pada posisi seperti waktu dilahirkan agar dapat mencapai ruang empat, yaitu masyarakat adil dan sejahtera
      Pribumi  – demikian yang penulis tangkap dari pemikiran Agus Salim HK – memberikan makna adanya 19 wilayah regional sistem tanah adat yang merentang dari sabang sampai merauke beserta manusia yang hidup didalamnya. Dengan demikian secara sosio-historis, istilah pribumi merujuk pada manusia -  manusia yang ada dalam wilayah bangsa indonesia baik itu orang indonesia asli maupun keturunan bangsa lain yang telah beranak pinak sebelum indonesia merdeka, untuk tumbuh berkembang menjadi dirinya sendiri dibumi tempatnya berpijak dan bebas dari penjajahan bangsa lain. Struktur budaya, alam dan kepercayaan yang terdapat dalam wilayah kaum pribumi sangat penting dalam menentukan karakteristik dan menjadi  ‘batuan segar’ tempat ia berdiri tegak menghadapi segala macam persoalan – persoalan hidup serta bagaimana mengatasinya. Inilah yang kemudian kita namakan Pancasila dan karena itu Pancasila menjadi dasar kaum pribumi merdeka sekaligus menjadi sifat bangsa indonesia baik dalam tataran berpikir maupun praksis
     Selanjutnya menurut Agus Salim HK, peranannya sebagai sifat bangsa tersebut membuat pancasila berfungsi sebagai sumber dari segala sumber hukum yang berlaku dan segala macam bentuk aturan - aturan yang akan dibangun harus memperkuat komitmen mengangkat harkat dan martabat kaum pribumi. Fungsi pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum inilah membuat pancasila menjadi keyakinan standar bangsa indonesia. Apabila keyakinan standar bangsa indonesia distandarkan dari  keyakinan yang ada baik itu menyangkut hubungan dengan budaya, alam dan kepercayaannya dalam hukum yang pasti, tetap dan dapat diterima semua pihak maka pancasila mengambil bentuk sebagai filsafat bagi bangsa indonesia
     Sebagai filsafat bangsa tentu saja pancasila mengungkapan sikap keberpihakan bangsa indonesia didalam membangun kehidupan dengan mendekatkan kebenaran relatif pada kebenaran absolut. Apabila makna dari harkat dan martabat merupakan refleksi dari adanya posisi manusia dalam membangun aturan – aturan dasar didalam kehidupan yang tidak bertentangan dengan hukum – hukum semesta seperti yang ditetapkan Tuhan ( sunatullah ) atau yang sering disebut kedaulatan rakyat, maka negara yang harus dibangun oleh bangsa indonesia adalah negara yang berdiri tegak diatas kedaulatan rakyat serta memuat nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila
     Agar pancasila menjadi sebuah dimensi dalam kehidupan, sikap keberpihakan diatas harus terukur dalam suatu ukuran yang pasti sehingga dapat menstandarkan budaya. Standar nilai budaya inilah yang dinamakan kreativisme pancasila yang pada gilirannya nanti akan  melahirkan aturan dasar yang disebut gotong royong. Mufakat sebagai bentuk kesetiakawanan sosial akan diperoleh dari pola hubungan antar manusia yang distandarkan oleh gotong royong. Dengan demikian dinamaka politik akan bersifat komunikasi dialogis atau biasa disebut musyawarah. Kondisi ini akan tercapai bila dinamika politik yang ada distandarkan oleh mufakat
      Musyawarah merupakan faktor penting dan bukan hanya merupakan standar dinamika politik tetapi juga mempengaruhi kegiatan – kegiatan ekonomi. Lumbung sebagai standar nilai ekonomi bangsa tumbuh dan berkembang dari pembangunan ekonomi bangsa yang menekankan aspek musyawarah. Oleh karena itu lumbung berfungsi sebagai tempat masyarakat bermusyawarah untuk mufakat dalam menetapkan segala apa yang akan dikerjakannya berdasarkan kelebihan dan kekurangannya dalam waktu yang telah disepakati bersama, untuk  kemudian diimplementasikan dengan bentuk pengelolaan sumber daya alam dan manusia yang dilakukan secara wajar, sesuai kebutuhan dan bermanfaat bagi semua anak bangsa, sehingga terciptalah masyarakat yang sehat sejahtera baik jasmani dan maupun rohaninya. Pola distribusi pembangunan lumbung harus ditentukan oleh sistem tanah adat sebagai standar nilai pengembangan lingkungan sehingga perubahan lingkungan tidak merusak budaya yang terdapat ditiap - tiap lumbung
     Hal yang paling menarik dari lumbung yang digagas Agus Salim HK ini adalah bagaimana bangsa indonesia memberikan makna hidupnya dengan mengolah semua kebaikan yang muncul baik dari hubungan dengan sesamanya maupun lingkungan dimana manusia hidup. Lumbung  menunjukan kehidupan berbangsa pada interaksi fungsional kultural. Dimensi pancasila dalam lumbung menampakan ‘ rohnya ‘ dalam kerjasama yang dinamis dan mutual, kegiatan – kegiatan ekonomi yang kreatif, pandangan  tentang dunia yang harmonis, sehingga dimensi tersebut berperan aktif mengembangkan budaya yang ada pada lumbung itu sendiri. Dari lumbung ini pula lahir kedaulatan rakyat untuk menegakan negara, garis – garis besar haluan negara yang memuat anggaran pendapatan belanja rakyat serta dasar – dasar hukum yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian dalam ruang III, negara berfungsi melindungi kepentingan rakyat dengan kepemimpinan yang berpihak pada rakyat, membuat anggaran pendapatan negara yang sesuai dengan kebutuhan rakyat, serta membangun aturan – aturan hukum yang memperkuat komitmen mengangkat harkat dan martabat hidup rakyat.
     Agar negara dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka kapital yang berada pada ruang IV harus dikuasai oleh negara. Maknanya, segala macam kekayaaan alam yang terkandung dibumi indonesia harus dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar – besarnya untuk kepentingan rakyat dengan cara yang adil dan bertujuan mensejahterakan rakyat
     Dari seluruh perjalanan dan pemaknaan hidup bangsa Indonesia yang diabstraksikan diatas, bisa dibayangkan gagasan agus salim HK memiliki potensi membawa kelahiran  kembali bangsa indonesia, sehingga  pada  ruang I setelah mengalami proses perjalannya kita dapat melihat bangsa indonesia menemui dirinya sendiri sebagai sebuah bangsa yang adil dan sejahtera, berkarakter kuat karena dibangun dari kondisi budaya dan alam serta spritualitasnya dalam sebuah negara yang berdiri tegak diatas kedaulatan rakyat. Inilah keseimbangan dalam bangsa Indonesia yang ditandai adanya ekuivalensi antara keinginan untuk mengangkat harkat dan martabat kaum pribumi sebagai bentuk statis dengan keadilan dan kesejahteraan dalam bentuk dinamis sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Bilamana  Pancasila menampakan wajahnya dalam  kearifan lumbung, fungsi negara yang membawa amanat rakyat, pengelolaan sumber – sumber daya alam yang wajar, Pancasila   merupakan dasar bangsa indonesia memberikan makna bagi kehidupannya dan menjadi wujud kesempurnaan bangsa Indonesia. Menurut penulis, Gagasan – gagasan Agus salim HK dalam membangun keseimbangan dan kesempurnaan bagi bangsa Indonesia ini, kelak akan menjadi embrio lahirnyanya ‘ post modernism state ‘ yang tidak pernah ada dalam belantara  sistem kenegaraan  manapun didunia, jauh melampui negara modern yang dibangun oleh peradaban barat melalui revolusi perancisnya

Cakrawala Jala Sutra Menembus Batas Dunia Realitas
     Apabila agus salim HK menggunakan kekuatan karakteristik bangsa, potensi alam dan spritualitas manusia yang kemudian membentuk lumbung untuk membangun bangsa dan negara indonesia, hans setyabudhi pun menggunakan kekuatan yang sama untuk tujuan yang sama pula dengan lebih menekankan aspek kesadaran transendental yang terdapat pada manusia. Kesadaran transendental inilah yang kemudiaan memancarkan cahaya pada ruang – ruang sehingga membuat bangsa indonesia berpotensi menjadi sebuah bangsa yang mampu ‘ memayu hayuning bawana ‘.
     Kesadaran transendental tersebut merupakan buah hasil keyakinan bangsa indonesia atas kepercayaan pada Tuhan yang mahaesa sebagai dzat maha pengasih yang membawa bangsa indonesia mencapai  pencerahan tertinggi  manusia dalam hidup yang seimbang dan sempurna. Oleh karena itu ia akan menjadi ruang ke V, pusat pengendali  ruang – ruang yang akan dilalui bangsa indonesia dalam perjalanan hidupnya. Kemudian Hans Setyabudi memberikan pemaknaan pada titik –  titik yang bergerak dari ruang I ke ruang lainnya. Titik – titik diantara ruang I adalah api ( agni ) yang menggambarkan kemanusiaan dengan titik angin ( maruts ) yang menggambarkan keadilan. Kemudian ruang II terbentuk diantara titik angin dengan titik air ( yamuna ) yang menggambarkan kedaulatan rakyat. Lalu titik air bergerak menuju titik tanah ( prthivi ) yang menggambarkan persatuan manusia didalam ruang III, sementara ruang IV menjadi pergerakan diantara titik tanah kembali pada titik api untuk melahirkan makna keadilan dan kesejahteraan. Inilah yang dinamakan Pancasila. Kembali menjadi bangsa indonesia, adalah kembali pada pancasila sebagai  sebuah keyakinan hidup bangsa indonesia yang terbangun dari jalinan erat manusia dengan alam, yang diikuti rasa tunduk pada Dzat maha pengasih yang memberinya kehidupan dan pengharapan.
     Kesadaran transendental ini tentu saja keluar dari wilayah dunia realitas yang cenderung mengikuti kebudayaan barat yang bersifat imanen, dengan begitu segala pengalaman yang asli yang telah dan akan dialami bangsa indonesia tidak digambarkan dalam bentuk simbol – simbol diskursif yang bersifat nalar, tetapi melalui simbol presentasional – menggunakan istilah susanne K Langer –  yang bersifat intuisi langsung untuk menggambarkan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari pemahaman metafisis pada ruang – ruang yang ada, melalui simbol warna merah untuk titik api, putih untuk titik angin,  hitam untuk titik air dan kuning untuk titik tanah. Pemahaman metafisis itulah yang membuat jala sutra menjadi sebuah cakrawala yang keluar dari dunia realitas dengan mengubah pola induktif menjadi deduktif melalui jalan abstraksi yang total, serta membangun ilusi primer bukan ilusi sekunder seperti yang terdapat dalam buku – buku yang ditulis banyak orang tentang masa depan indonesia.
     Melalui Ilusi primer inilah, jala sutra mengungkapkan proses kelahiran bangsa indonesia sebagai olah kreasi manusia. Kreasi menunjukan pengadaan dari sesuatu yang belum ada sebelumnya. Ia menuntut kreativitas manusia untuk mengolah sumber – sumber yang ada, baik material maupun spritual agar manusia dapat mengembangkan diri.  Dengan demikian bangsa indonesia lahir bukan sekedar naluri manusia mengatasi persoalan hidupnya dengan mengolah sumber – sumber yang dimiliki. Tapi ada sesuatu yang harus dilakukan agar perjalanan bangsa indonesia sesuai dengan konsep yang telah dibuatnya sendiri. Ini dilukiskan oleh simbol – simbol yang terdapat dalam jala sutra. Simbol merah pada titik api yang bertemu dengan warna putih dititik angin melahirkan energi yang membuat  semangat, kesadaran dan kecerdasan dalam diri manusia untuk membaca tanda – tanda alam yang terjadi disekitarnya, maka ketika energi tersebut meruang ia akan melahirkan  bangsa indonesia yang memiliki tujuan yang pasti dan merupakan bentuk kesadaran dari olah akal budi manusia yang disinari cahaya ilahi. Inilah ruang I, kelahiran bangsa indonesia dengan tujuan : Mengangkat harkat dan martabat kaum pribumi
     Persepsi yang lahir dari bentangan antara titik api dengan titik angin ini melahirkan perluasan makna pada istilah pribumi, menunjuk pada manusia yang memiliki atom ( api ) sebagai energi mahluk hidup dan  ion – ion ( angin ) yang bergerak membawa kehidupan dimuka bumi. Pribumi, adalah manusia yang memiliki energi untuk selalu bersemangat dalam komitmennya pada keragaman hayati, habitat – habitat alami, pemeliharaan alam sebagai suatu kenyataan yang koheren dengan bumi tempat ia berpijak. Pribumi melukiskan manusia yang memiliki kemanusiaan dan keadilan dan tunduk pada hukum – hukum alam yang ditetapkan Tuhan ( sunatullah ). Oleh karena itu, pribumi perlu terlibat dalam membuat  aturan – aturan dasar kehidupan yang tidak bertentangan dengan hukum hukum tersebut, agar bumi tempat ia hidup tidak luluh lantak oleh keserakahan manusia. Lalu titik angin pun harus bersentuhan dengan titik air, warna putih bertemu warna hitam, sehingga membuka ruang – ruang untuk kaum pribumi dalam mengangkat harkat dan martabat hidupnya.
    Pertemuan air dengan angin akan menimbulkan reaksi H2O dengan dengan O2 dan akan melahirkan unsur H3O3 yang dikenal dengan nama ozon, air yang sehat yang membuat bangsa indonesia sehat jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani dan rohani sangat diperlukan, agar perjalanan bangsa ini  diantara jalan terang (putih ) dengan kegelapan ( hitam ) bisa membedakan yang baik serta yang buruk dengan penuh pertimbangan melalui lumbung, sebuah tempat anak – anak bangsa bertukar kabar tentang kebaikan, kebenaran dan kesabaran untuk membangun dirinya. Manusia yang sehat jasmani dan rohaninya inilah yang membuat lumbung menjadi tempat keberfihakan pada nasib rakyat. Lumbung adalah pembentuk kedaulatan rakyat, inilah makna dari ruang II. Dan perjalanan bangsa pun berlanjut menuju ruang III negara
     Dalam ruang III, Negara terbentuk dari titik air ( hitam ) dan titik tanah ( kuning ), sebagai simbol dari perwujudan fisik dari materi ( tanah ) yang disinari ‘ roh ‘ kedaulatan rakyat ( air ), oleh karena itu negara membawa amanat bangsa indonesia untuk mengeluarkan rakyat indonesia dari kegelapan ( hitam ) menuju cahaya keemasan ( kuning ). Negara harus menjadi perwujudan tanah air yang sering disebut nusa. Bila istilah nusa yang berasal dari kata manusa memiliki pengertian adanya persamaaan antara manusia dengan alam, negara memiliki tugas mulia untuk melindungi manusia dan wilayah indonesia. Maknanya, negara harus memberikan jaminan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat serta menjaga bumi indonesia karena merupakan tempat rakyat untuk tumbuh berkembang menjadi dirinya sendiri
     Lebih lanjut hans Setyabudi menjelaskan, secara metafisis istilah nusa sebagai persamaan manusia dengan alam ditunjukan dengan sepertiga unsur manusia terdiri dari tanah dan dua pertiganya berisi air. Demikian pula dengan alam, sepertiga wilayah indonesia adalah kepulauan dan dua pertiganya lautan, sepertiga wilayah bumi adalah daratan dan dua pertiganya lautan. Kesamaan unsur - unsur ini memberikan makna nusa sebagai ibu pertiwi ( Mother Earth ), yang membuat bangsa indonesia memiliki tanggungjawab menjaga keharmonisan manusia dibumi. Untuk itu titik tanah ( kuning ) harus menyambung dengan titik api ( merah ), agar bangsa indonesia bisa menciptakan keadilan dan kesejahteraan bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga masyarakat dunia
     Titik kuning yang bergerak menuju titik api merupakan kesadaran spritual bangsa indonesia yang tersempurnakan, siap melepaskan unsur material ( tanah ) kembali kepada titik awal perjalanan ( api ).  Bangsa Indonesia dalam ruang IV telah mengalami  perkembangan sedemikian rupa dari hasil perjalanan ruang satu ke ruang lainnya akan mampu bertahan didalam hubungan pada dirinya sendiri dan bangsa – bangsa lain sebagai kecerdasan alam semesta yang menjadi penyebab utama keadilan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Kondisi ini akan membuat harkat dan martabat bangsa indonesia naik derajat ke jajaran khusus sebagai khalifah Tuhan dimuka bumi, menjadi cermin keilahian yang memantulkan cahaya-Nya. Cermin tersebut adalah hatinya bangsa indonesia. Ketika ‘karat – karat’ sudah dibersihkan dari permukaan cermin, bangsa indonesia akan memancarkan keindahan Tuhan  yang mampu menahan sinar yang muncul dari keilahian. Tujuan Tuhan memberikan keadilan dan kesejahteraan didalam menciptakan manusia dibumi pun terselesaikan, karena Tuhan melihat pantulan-Nya dan mengetahui diri-Nya ada pada bangsa indonesia
     Apabila titik api ( merah ) bertemu titik angin ( putih ), bangsa indonesia mengalami proses kelahirannya kembali, menjadi alat ditangan Tuhan yang hampa dari keinginan subyektif, menjadikan kehidupan dunia sebagai sebuah kasunyatan sejati. Setelah kelahirannya kembali, bangsa Indonesia melihat Tuhan menjadi “ mata yang melaluinya dia melihat, telinga yang melaluinya dia mendengar, tangan yang melaluinya dia memegang “. Dan inilah keseimbangan manusia sebagai mahluk Tuhan, dari nol kembali pada nol. Dunia realitas kekinian yang terbangun dari ruang – ruang perjalanan bangsa indonesia dengan segala kelebihan dan kekuranganannya, untuk mencapai kemajuan material tertinggi, itulah bentuk ketidak  kesempurnaan yang menjadi kesempurnaan itu sendiri. Bila dunia realitas yang terjadi saat ini lebih banyak menampilkan keburukan sebagai bentuk ketidak sempurnaan, maka cakrawala jala sutra merupakan upaya manusia mendatangkan kebaikan sebagai bentuk kesempurnaan. Keburukan dan kebaikan adalah dua sisi dari sekeping mata uang yang sama sebagai perwujudan kesempurnaan Tuhan itu sendiri. Segala sesuatu – demikian kesimpulan seorang sufi - jika telah mencapai tingkat sempurna akan terlihat ketidak sempurnaannya. Tanda gading gading yang tulen adalah retaknya. Niscahya, kalau tidak ada yang bernama tidak sempurna maka Tuhan tidak sempurna karena tidak mampu menciptakan sesuatu yang bernama tidak sempurna.  Cakrawala jala sutra merupakan penjelmaan pancasila yang membuat bumi berputar dengan bangsa indonesia sebagai porosnya, menjadi proton yang dikelilingi oleh bangsa – bangsa lain sebagai neutronnya. Bila cakrawala jala sutra menjadikan peradaban bangsa indonesia sebagai kutub positif, peradaban yang dibangun oleh bangsa – bangsa lain adalah kutub negatifnya. Pertemuan kutub positif dengan kutub negatif inilah yang akan memancarkan percikan asma Ilahi. Dan bila ini kelak terjadi, semua umat manusia akan bersama – sama mengucapkan “ Inna Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Raaji’uun “, ada berasal dari tiada maka yang ada akan kembali menjadi tiada

*Tulisan ini merupakan sentuhan personal dari pokok – pokok pikiran yang disampaikan Agus Salim HK dan Hans Setyabudhi dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Paguyuban Masyarakat Tanpa Partai dengan Komunitas Segoro di rembang  dan Rumah Pancasila di Surabaya  medio akhir 2011. Penulis adalah Pimpinan Paguyuban Masyarakat Tanpa Partai dan Mantan Deklarator Gerakan Mahasiswa tahun 1990an. Saat ini menjadi manusia freelance yang datang dan pergi hanya sekedar untuk memberikan catatan – catatan kaki yang tak beraturan kepada orang – orang yang kebetulan saja mengenalnya



No comments:

Post a Comment