Pages

Tuesday, November 27, 2012

cuma debu

Setelah ini apa?
kau tak bisa berkata apa apa
kau tak bisa berkaca pada apa
kita berakhir juga
waktu
waktu
seolah datang kerubungi kita
lalu menua
dan menua
lalu mati itu saja
kau…
perhatikanlah langkahku tidak pernah berhenti
menuju mu yang konon namamu sudah terukir
dalam kisah
yang masih hanya akan tinggal sebagai sebuah debu
ini semua adalah pilihan
benar,aku yang akan menentukan
tak kupedulikan sajak sajak dan teks yang menyalah
aku yang menentukan
ragaku menjadi satu
menyatu bersama debu
yang pada akhirnya cumalah debu
jadi
kuperhatikan bilur langit yang tak bening
kunikmati malam yang tak lagi hening
dan kusampaikan
aku cumalah sebuah debu sayang
tak pernah lebih dan tak berkurang
tapi perhatikanlah
debu ini tidak pernah gusar jejakkan langkah
kau ,,kau ,,kau yang kumauai
kala debu menginginkan debu
ia tak pedulikan ada mahluk apalagi
begitu juga mahluk lain yang cuma bisa bisu dalam misteri
aku jalani ini
ya sayang
aku jalani ini
dengan telunjuk dari jemari yang tersusun rapi
jadi
begitulah
aku cuma
ya cuma debu..

Cerpen -tak sia sia

karena aku dilahirkan dalam Kasih Maka aku benci kebencian>
karena sadar bahwa waktu hidup di bumi ini berbatas,maka aku benci kesia siaan ,mengertilah….dan ini bukanlah permainan atau omong kosong…
(Rey Alkhatab)
Lim membaca koran kampus,kala itu hujan masih mngguyur negeri bertuah,dimata Lim yang hening begitu saja,pandangannya seolah terlihat kosong.Sementara Gina,cuma bisa bengong,tanpa kata ,sambil menanti bus kampus yang berwarna kuning hijau itu berhenti di hadapan mereka berdua.
“Apalagi yang kau cemaskan Lim? masih mengngat kematian pak ALimin?,Gina membuka cerita
“Ya,sedikit banyaknya memang ya..kematian satu orang cerdas ,menguasai ilmu itu brharga Gina,,”,Lim
Keduanya lalu berlari menuju bis kampus,dan duduk di mobil panjang yang ber-AC itu,beruntung Lim mengenakan Jaket merah semen Padangnya.
“Lalu,apa artinya hidup kalau bukan untuk mati? dan yang kita jalaani ini bukan kah menuju mati Lim? .
Lim cuma terdiam,lalu ia perlihatkan Foto Profile dari sebuah akun FB yang di cek via Handphone-nya.
“Coba perhatikan Manusia ini..2 tahun lalu ia masih jadi sahabatku…lalu Tuhan panggil ia segera,dan kini Tuhan panggil Dosenku,apa ini ?”
“Sudahlah,tak bisakah kau lupakan Barbara? Apa sebegitu kuat ikatan kau hingga ia tak bisakah kau sejenak berpikir bahwa hidup mu harus dilanjutkan?”,Gina bersedih,air matanya mengucur begitu saja,seorang sahabat yang juga menyinta Lim.
“Aku dan Barbara punya tujuan,dan tujuan itu harus kuraih bersama,apa Tuhan tak bisa sejenak jadikan rencananya yang indah itu kala aku di rahim bundaku ,berjalan bersama Barbara?”,tampik Lim
“Bukankah aku disini?menemanimu? mengisi harimu? lalu bisakah kita jalani saja hidup ini dan biarkan takdir melangkah seperti angin yang ada namun tak bisa tampak oleh mata kau dan aku Lim?wajah Gina memerah kali ini
“Tidak,sungguh tidak,kau dan Barbara berbeda Gina,kau berada disisiku ,mengisi hariku,tapi masih percayai bahwa nasib itu ditangan Zat yang Maha dari semua Maha,sedang aku tak ingin begitu…bukankah itu sia sia?”
Kali ini Gina tertunduk,dalam hatinya ia masih percaya bahwa sepenuhnya manusia cuma bisa berencana,sesuai dengan ajaran yang diyakininya selama ini.
“mengapa Lim? kau selalu menuntut hal ini diawal ? dan sedini ini?”
“Karena sadar bahwa waktu hidup di bumi ini berbatas,maka aku benci kesia siaan ,mengertilah….dan ini bukanlah permainan atau omong kosong…yang biasa dimainkan oleh anak manusia dalam Fatalismenya,mengertilah ..itu saja..aku butuh teman sevisi dengan ini Gina…itulah kebenara mutlak yang kuyakini,selanjutnya baru kita biasa bicara -jalani saja dulu”
Bus berhenti di halte fakultas Psikologi,sementara Gina cuma bisa diam,dan Lim ,masih merenung soal kematian dan tujuan.Hujan cuma menjadi saksi ,bahwa mereka benar benar berbeda.Dan Siang cuma bisa saksikan ,bahwa Lim keras kepala soal ini..