Pages

Wednesday, October 28, 2009

OPINI sumpah pemuda

MEMPERINGATI HARI SUMPAH PEMUDA

A.opini berkaitan dengan sumpah pemuda (wiriyanto aswir)

sumpah pemuda merupakan suatu ikrar pemersatu bangsa yang diucapkan oleh para pemuda Indonesia.Suatu ikrar tulus dan penuh tekat bahwa sudah saatnya Indonesia yang terkenal sebagai negara yang terdiri dari berbagai pulau harus bersatu padu untuk memperoleh tujuannya.Yakni mewujudkan suatu bangsa dan negara yang penuh kedamaian dan mewujudkan kesejahteraan rakyat

a.pendidikan
dari aspek ini terlihat jelas bahwa salah satu tujuan dari ikrar ini ialah agar kita menghargai perjuangan para pahlawan dengan mengisi kerdekaan melalui aspek pendidikan ,dengan menjadikan pemuda sebagai tunas yg harus tumbuh dengan iptek dan imtaq yang cukup untuk memajukan bangsa ini.

b.kebudayaan
dalam sumpah pemuda dikkrarkan bahwa kita bertumpah darah satu.bangsa dan satu bahasa ,dengan berbagai ragam budaya seharusnya pemudalah yang aktif turut mempertahankan budaya bangsa. Jangan sampai kebudayaan kita dijajah oleh bangsa lain dan kebudayaan kitahilang oleh derasnya arus globalisasi.Pemuda dituntut aktif dalam melestarikannya

c.persatuan dan kesatuan
sejk diikrarkan 28 oktober 1928 lalu,terukirlah sebuah sumpah untuk mempertahankan persatuan dan keutuhan bangsa,bangsa Indonesia.Belakangan kita direpotkan oleh budaya tawuran antar pelajar yang ini merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh para pemuda ,jadi selayaknya kita selaku pemuda bangsa aktif dalam kegiatan yang bersifat universal dan bermanfaat dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.

d.kesehatan jasmani dan rohani
Dari ikrar tersebut dapat juga kita renungkan bahwa para pemuda jangan sampai bobrok tingkah lakunya .Untuk mencapai tujuan tersebut pemuda indonesia harus sehat jasmani dan rohani ,dan say no to drugs...dan selalu mendekatkan diri kepada tuhan yang maha esa.

URAIAN SINGKAT MENGENAI SUMPAH PEMUDA (SUMBER:WIKIPEDIA,
Sumpah Pemuda merupakan sumpah setia hasil rumusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II, dibacakan pada 28 Oktober 1928. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai "Hari Sumpah Pemuda".

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.[1]

Sumpah Pemuda versi orisinal[2]:

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda versi Ejaan Yang Disempurnakan:

Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.


Kongres Pemuda II

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran Sugondo kepada Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.
[sunting] Peserta

Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah pemuda keturunan arab.
[sunting] Gedung

! Artikel utama untuk kategori ini adalah Museum Sumpah Pemuda.

Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong [3].

Gedung Kramat 106 sempat dipugar Pemda DKI Jakarta 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974. Dalam perjalanan sejarah, Gedung Sumpah Pemuda pernah dikelola Pemda DKI Jakarta, dan saat ini dikelola Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.[4