Pages

Wednesday, July 18, 2012

bingung apa judulnya,baca aja ya?

Sungguh.. Aku merindukan mu seperti petani menantikan padinya menguning, Disaat yang sama aku takut dipisahkan darimu juga seperti petani yang perlakukan padi dan gabah... sederhana saja alur berpikirnya .Suatu hari ,ditepian sawah di padang panjang,sumatra barat.Aku mengamati pakerjaaan seorang petani,yang begitu rajin menatapi senja di hmparan padinya.ketika kutanya,terungkap pula bahwa dia akan sangat senang ketika fase pemisahan antara Gabah dan beras .Aku tersenyum saja waktu itu. kedua,Sudah bukan rahasia lagi bahwa suatu saat seseorang yang kita sayangi akan diambil sewaktu waktu dan dipisahkan dari kehidupan kita yang sangat comfort sekali menurutku.bahasa gaulnya Pewe banget gitu lho.Ini lah yang harus juga aku pikirkan.Antara rahasia dalam sebuaah kebahagiaan itu dibaliknya tersimpan pula sebuah peluang tangisan yang luar biasa cepat dan tiba tiba datangnya, pernahkah sobat perhatikan kisah klasik Roman Siti Nur baya? atau mungkin Anak semua Bangsa,ketika Minke kehilangan Aneliesnya? Atau pernahkah kita juga merekam betapa bersedihnya hati Rasul saat kehilangan Siti Khadijah? Hasan dan Husein yang senantia berada di sisinya? Atau mungkin sebaliknya.Kita terlalu sering dipaparkan saat dimana seorang anggota DPRd yang gagal menduduki kursi jabatannya? sehingga rumah sakit jiwapun senantiasa bersiap menadahkan pintunya untuk segera menampungnya? Dari sini kita perlu cermati ,bahwa kita harus siap dalam segala kemungkinan.Kemungkinan untuk terlibat dalam rasa yang terdalam. Kemungkinan meneguknikmatnya kecintaan,juga kemungkinan menelan pahitnya sebuah kata perpisahan.Dan dalam hal ini,pula tak heranlah bila saya yang menuliskan ini ,merasa gelisah ini untuk dibagi,bahwa kita adalah mahkluk yang harus mempersiapkan segala sesuatu nya

No comments:

Post a Comment